Berita : PDM Kabupaten Ciamis


Muktamar 2015

Senin, 15-12-2014

Spirit Muhammadiyah Menyongsong Muktamar 2015

 

Aku titipkan Muhammadiyah kepadamu

Rektor Unismuh Makassar, Dr. H. Irwan Akib, M.Pd. menyambut dengan menyampaikan "Selamat Datang di Universitas Muhammadiyah Makassar" kepada seluruh hadirin dan hadirat yang hadir dalam rangka Musyawarah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, yang digelar di Auditorium Al Amien, 15 Februari 2013.

 

Dalam sambutan ini, beliau memaparkan bahwa menjadinya Makassar sebagai tuan rumah dari pelaksanaan Mukhtamar Muhammadiyah ke-47 tahun 2015, secara otomatis Universitas Muhammadiyah Makassar menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan Mukhtamar ini. Telah banyak rangkaian kegiatan dilakukan, lanjut beliau, sebagai upaya untuk mensukseskan Mukhtamar Muhammadiyah 2015 nanti. Rangkaian kegiatan, seperti "Gerakan Berinfaq" untuk Mukhtamar dari seluruh Civitas Akademik. Nilai material dari kegiatan ini, memang tidak seberapa bila dibandingkan dengan dana yang dibutuhkan dalam perhelatan Mukhtamar. Tetapi, yang terpenting dari kegiatan ini adalah adanya upaya dari Universitas Muhammadiyah Makassar untuk membangkitkan kembali semangat bermuhammadiyah.

 

Lebih jauh, Rektor mengatakan bahwa  Universitas Muhammadiyah Makassar, Alhamdulillah, dari tahun ke tahun telah menjadi salah satu Perguruan Tinggi yang cukup dibanggakan di Kawasan Timur Indonesia. "Saya tidak mengatakan salah satu PTS, tapi cukup dengan perkataan salah satu Perguruan Tinggi, yang artinya Swasta maupun Negeri memiliki makna yang sama.  Dan ini, adalah salah satu kesyukuran, dan status ini insya Allah akan ditingkatkan.

 

Selain upaya peningkatan-peningkatan citra Universitas Muhammadiyah di Masyarakat, Universitas Muhammadiyah Makassar juga akan menjalin kerjasama, baik dengan Pimpinan Muhammadiyah Daerah maupun dengan Pimpinan Aisyiah Daerah, khusus dalam  pembinaan cabang dan ranting Muhammadiyah. Dalam hal ini, Universitas Muhammadiyah Makassar telah mendapat tugas dari LPCR (Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting) untuk melakukan penelitian dalam rangka pengembangan cabang dan ranting Muhammadiyah se Sulawesi Selatan. Olehnya itu, sangat diharapkan kerjasama yang baik dari seluruh unsur Pimpinan Muhammadiyah, terkhusus kepada Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan Pimpinan Wilayah Aisyiah Sulsel untuk turut bersama-sama dan membantu tim dari Universitas Muhammadiyah Makassar yang akan ditugaksan nantinya.

 

Bukan hanya itu, lanjut Rektor, dalam internal Universitas Muhammadiyah Makassar, sebentar lagi akan melaksanakan KKN Profesi, dimana hal-hal yang  berkaitan dengan Pengabdian Masyarakat akan diporsikan sekitar 30%, dan hal ini Universitas Muhammadiyah di Masyarakat akan bekerjasama dan berkoordinasi dengan Pimpinan Cabang dan Ranting mUhammadiyah. Dan, sangat kami harapkan, baik Pimpinan Cabang Muhammadiyah dan Pimpinan Cabang Aisyiah, serta Pimpinan Ranting Muhammadiyah, dan Pimpinan Ranting Aisyiah dapat menjadi bahgian dari kegiatan ini.

Satu hal lagi yang tak kalah pentingnya, Rektor menyampaikan bahwa di Universitas Muhammadiyah Makassar telah membuka kelas Pengkaderan Ulama Tarji, dan hal ini sudah berlangsung selama dua tahun.  Apa yang kami lakukan ini, adalah upaya untuk mewujudkan harapan kita semua dalam rangka mempersiapkan kader ulama Muhammadiyah di Sulsel ini. Tapi, semuanya ini akan tidak bermakna, tanpa dukungan dan kerjasama dari semua Pimpinan Muhammadiyah, khususnya Pimpinan Muhammadiyah Daerah yang ada di Sulsel ini. Olehnya itu, kerjasama yang diharapkan adalah dengan memperhatikan di setiap kali Universitas Muhammadiyah Makassar meminta utusan dari setiap Pimpinan Muhammadiyah Daerah, dapat ditanggapi dengan serius.

Sementara Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sulsel, Drs. Muhammad Alwiuddin, M.Ag. dalam sambutannya menjelaskan, bahwa pelaksanaan Musyawarah Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sulawesi Selatan ini, adalah yang pertama kali diadakan dalam periode ini. Hal ini sessuai dengan yang diisyaratkan dalam Anggaran Rumah Tangga Muhammadiyah bahwa  Musyawarah Pimpinan Muhammadiyah minimal satu kali diadakan dalam satu periode.

Lebih lanjut, Alwiuddin menegaskan, Musyawarah Pimpinan Muhammadiyah ini diadakan untuk merumuskan dan melakukan beberapa hal penting, seperti: pertama, untuk melakukan evaluasi jalannya kepemimpinan dan pelaksaan program Mukhtamar maupun Wilayah. Kedua, Musyawarah Pimpinan Muhammadiyah ini juga harus melakukan evaluasi khusus dalam gerakan tajdid yang bukan saja melakukan evaluasi laporan pimpinan wilayah Muhammadiyah dan Aisyiah. Dan paling penting lagi adalah mengevaluasi khusus kepada pimpinanya itu sendiri.

 

Menanggapi soal pelaksanaan Mukhtamar Muhammadiyah yang ditempatkan di Makassar, beliau kembali menegaskan bahwa dengan terpilihnya Muhammadiyah Sulawesi Selatan sebagai tuan rumah pelaksana Mukhtamar Muhammadiyah 2015 ini adalah suatu kesyukuran dan kegembiraan tersendiri oleh seluruh Pimpinan Muhammadiyah di daerah ini, sekalipun tidak dipungkiri bahwa dua tahun kedepan adalah tantangan berat untuk menyiapkan dan berbenah diri menyongsong Mukhtamar Muhammadiyah Pertama di Abad ke-2 tersebut.

 

Dalam hal tuan rumah pelaksana Mukhtamar Muhammadiyah, Sulawesi selatan telah beberapa kali melaksanakan perhelatan akbar Muhammadiyah ini. Seperti Mukhtamar Muhammadiyah pada tahun 1932, yang saat itu Buya Hamka yang dimandatir Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mempersiapkan pelaksaan Mukhtama di saat itu. Yang kedua adalah Mukhtamar ke-38 pada tahun 1971, dan dengan izin Allah, Mukhtamar ke-47 juga akan dilaksanakan di Kota Makassar ini. Bila dirunut secara periodik pelaksanaan Mukhtamar yang berlokasi di Sulawesi selatan ini, berarti ada kesenjangan waktu sekitar 44 tahun Muhammadiyah baru kembali lagi ke Makassar ini.

 

Oleh karena itu, Ketua PWM Sulsel ini menghimbau kepada seluruh warga Muhammadiyah, agar amanah yang telah dimanddatir Pimpinan Pusat Muhammadiyah agar benar-benar dapat dilaksanakan secara amanah dan keseriusan agar tidak menimbulkan kekecewaan, karena untuk Sulawesi Selatan, setiap kali diberi amanah oleh PP Muhammadiyah, memang selama ini belum pernah mengecewakan. Karena itu, dalam ajang Musyawarah Pimpinan Muhammadiyah kali ini benar-benar dapat menghasilkan suatu solusi strategis mensukseskan Mukhtamar Muhammadiyah di Tahun 2015 nanti.

Di kesempatan yang sama, Gubernur Sulawesi Selatan, yang diwakili Bapak Muhammad Siddik Salam, dalam amanahnya mengharapkanagar dalam Musyawarah Pimpinan Muhammadiyah dan Aisyiah ini dapat menghasilkan suatu keputusan dalam kepengurusan yang ideal dan profesional untuk kemajuan organisasi, dan juga kepentingan ummat, serta masyarakat pada umumnya. Ia, juga berharap agar kegiatan ini dapat berlangsung secara komunikatif dan konstruktif sebagai upaya untuk melakukan refitalisasi program guna memberi nilai tambah terhadap peningkatan kapasitas organisasi Muhamamdiyah ke depan.

Muhammadiyah telah mengambil peran yang cukup strategis dan menjadi ujung tombak dalam mengimplementasikan berbagai program pembangunan, khususnya di bidang keagamaan yang digalakkan oleh pemerintah provinsi Sulawesi Selatan. Keberadaan Muhammadiyah ini, lanjut amanah Gubernur Sulsel, sangat dirasakan manfaatnya baik oleh masyarakat maupun pemerintah, terutama dalam melakukan pembinaan pada ummat, dan pengembangan syiar Islam. Langkah yang nyata dilakukan tersebut tentu bertujuan tiada lain agar Ummat Islam menjadi Ummat yang terbaik, yang mampu memberikan solusi yang tepat terhadap berbagai persoalan bangsa dan negara.

 

Oleh karena itu, "Saya menaruh harapan besar kepada segenap jajaran pengurus Muhammadiyah Sulawesi Selatan, kiranya jalinan kerjasama dan kebersamaannya dengan pemerintah Provinsi Sulsel selama ini telah terbina dengan baik dapat terus dipertahankan, bahkan ditingkatkan, karena telah memberi dampak yang positif terhadap keberhasilan pembangunan yang muaranya kepada peningkatan kesejahteraan ummat di daerah ini", harap Gubernur, yang dibacakan Siddik Salam.

 

Selain itu, disampaikan pula kepada seluruh jajaran Pimpinan Wilayah Muhammadiyah agar dapat menciptakan mekanisme organisasi yang kondusif bagi terlaksananya semangat tajdid atau pembaharuan melalui dialog-dialog intelektual secara terpadu, terencana, dan sistematis untuk menapatkan hasil program yang berbobot dalam pengembangan kapasitas intelektual, sehingga mampu menghadapi dan memecahkan persoala-persoalan tantangan zaman yang semakin rumit dan komplleks. Beliau juga mengharap dan mengajak Kepada Pimpinan Muhammadiyah di daerah Sulsel ini, dan umumnya kepada Ummat Islam untuk bangkit dan membangun peradaban Islam yang luhur.

Milenium pertama dulu, peradaban Islam sangat terkenal. Islam banyak memberikan jawaban; memecahkan permasalahan kemanusiaan, dan permasalahan keduniaan melalui ilmu pengetahuan dan berbagai sumbangsi pemikiran kepada dunia dan manusia secara umum. Tetapi, pada milenium ke-2 ada kemunduran di sana-sini, dan kita menyaksikan dinamika serba-serbi kehidupan global di milenium ke-2 yang baru saja kita tinggalkan.

 

Sudah saatnya Ummat Islam bangkit kembali! Membangun peradabannya yang besar. Peradaban yang benar-benar menjadikan Islam sebagai rahmat semesta alam. Islam yang memecahkan berbagai persoalan ummat manusia, baik persoalan di tingkat nasional dan global dengan cara memberikan kontribusi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, kontribusi dalam membangun dunia yang adil, aman, dan damai, serta berkonsentrasi dalam menghadirkan keadilan yang sejati. Mengurangi ketimpangan dan kemakmuran bagi ummat manusia.

Di sisi lain, Pimpinan Pusat Aisyiah dalam sambutannya, memaparkan bahwa Musypim ini sangat bermakna dan bersejarah. Karena, selain  PP Muhammadiyah telah mengambil keputusan bahwa Mukhtamar Muhammadiyah dan Mukhtamar Aisyiah dilaksanakan secara bersama-sama, juga bertempat bertempat di Sulsel.

 

"Kami meyakini, kemampuan potensi dan kerelawanan dari seluruh keluarga besar Muhammadiyah dan Aisyiah di Sulawesi selatan ini dapat bersama untuk mensukseskan Mukhtamar Muhammadiyah ke-47 dan pertama di Abad ke-2 Muhammadiyah, dan Mukhtamar Aisyiah di satu abad Aisyiah. Dan peristiwa ini adalah peristiwa yang bersejarah.

 

Secara historis PP Aisyiah ini memaparkan tentang kapan didirikan Aisyiah. Menurutnya, jika keberadaan Aisyiah dilihat dari perhitungan hijriah, maka Aisyiah telah berdiri sejak tahun 1435 Hijjriah, atau pada tahun 1914 Miladiyah, tepatnya pada bulan Rajab, tanggal 27. Dengan demikian, Aisyiah pada pelaksanaan Mukhtamar ke-47 Tahun 2015 di Makassar nanti, maka Aisyiah telah memasuki usia satu abad.

 

Akan tetapi, bila menggunakan hitungan Miladiyah, maka usia secara formal definitif Aisyiah telah didirikan sejak tahun 1917. Namun, dari sejarah 'embrio' Aisyiah, sebenarnya Aisyiah telah didirikan pada tahun 1914. Dengan alasan inilah,  ijtihad diambil untuk mencantumkan Mukhtamar Aisyiah satu abad pada Mukhtamar ke-47 yang bertempat di Sulawesi Selatan. Mudah-mudahan Mukhtamar yang akan datang, adalah Mukhtamar yang memberikan makna secara khusus bagi Aisyiah, karena Aisyiah akan menapaki abad yang ke-2 sebagai sebuah organisasi Muslim terbesar di dunia, menurut Jiem Spikcel.

 

Ketua Umum PP Aisyiah, juga menegaskan bahwa Muspim Aisyiah kali ini, adalah untuk menindaklanjuti keputusan-keputusan tanwir Aisyiah pada bulan Oktober lalu dengan tema: "Gerakan Praksis Almaun untuk Kemajuan Bangsa". tema ini dianggap sangat relevan dengan hal-hal yang telah dilaksanakan dalam tanwir Muhammadiyah tersebut.

 

Dengan tema Gerakan Praksis Almaun untuk Kemajuan Bangsa", Aisyiah diharapkan untuk terus mengisi dari kebijakan-kebijakan persyarikatan dalam konteks gerakan amar ma'ruf nahi munkar.  Selain itu, kebermaknaan tema Mukhtamar Aisyiah tersebut, juga dimaknai sebagai peneguhan terhadap praksis Almaun yang menjadi ciri dan bahagian dari gerakan Aisyiah ke depan, yakni pembelaan kepada kaum yang termarjinalkan, dhuafa, dan mustad'afin yang saat ini jumlahnya semakin besar.

 

Selain itu, Aisyiah juga akan senantiasa memusatkan perhatiannya pada persoalan-persoalan sosial yang ada dalam masyarakat. Seperti penanggulangan penyakit TBC, dan penyakit-penyakit berbahaya lainnya di Indonesia. Dan hal ini, Aisyisah telah mendapat kepercayaan dari sebuah lembaga Internasioanl untuk mengkoordinir tujuh organisasi kemasyarakatan dan LSM yang akan bekerja selama 4 tahun di 22 Provinsi.

 

Olehnya itu, dalam Muspim Aisyiah ini, tugas PP Aisyiah adalah memonitoring seberapa kegiatan yang telah melibatkan masyarakat luas. Dan sudah sejauhmana perkembangan perhatian Aisyiah dalam mengisi gerakan Almaun, dan mengimplementasikan programnya, baik terhadap penggulangan penyakit dari penderita TBC, maupun terhadap masyarakat yang dhuafa, yang termarjinalkan, dan yang mustad'afin.

 

Oleh karena PP Aisyiah, sangat mengharapkan, baik kepada seluruh peserta Musypim Aisyiah ini maupun kepada seluruh jajaran Pimpinan Muhammadiyah untuk senantiasa bersinergi melakukan perumusan dan langkah-langkah strategis untuk memantapkan gerakan Almaun, khususnya pada persoalan-persoalan yang terkait dengan perempuan dan anak, dan lebih luas lagi pada persoala-persoalan dunia kemanusiaan secara universal.

 

Aisyiah juga mengharapkan dalam Muspim ini,  benar-benar dapat terjadi kesinergian antara Aisyiah dengan Muhammadiyah dalam mengemban da'wah amar ma'ruf nahi munkar. Karena, menurutnya ada dua gerakan Aisyiah yang tak dapat dilepaskan dari Muhammadiyah, yaitu gerakan keluarga sakinah dan da'wah jama'ah.

 

Hal ini tak dapat dipungkiri, problem keluarga saat ini adalah termasuk problem yang luar biasa. Oleh karena itu, mengkokohkan keluarga sakinah di dalam keluarga-keluarga, khsusnya keluarga di dalam Persyarikatan Muhammadiyah adalah menjadi tugas utama bagi Muhammadiyah dan Aisyiah. Selanjutnya, menurut Aisyiah, keluarga sakinah ini harus dida'wakan secara terus menerus untuk kepentingan peneguhan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kokoh.

Sementara Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Khaedar Natsir, menilai bahwa pelaksanaan Musyawarah Pimpinan, baik Muhammadiyah maupun Aisyiah kali ini-memiliki konteks yang sangat penting dan strategis. Yakni, selain sebagai momentum awal untuk mensukseskan pelaksanaan Mukhtamar Muhammadiyah dan Aisyiah ke-47 Tahun 2015, juga Mukhtamar Muhammadiyah di Makassar, harus diakui memiliki makna yang strategis, yang kebermaknaan itu telah dikenal, baikMuhammadiyah, Aisyiah dan seluruh keluarga besar Muhammadiyah Sulsel, maupun Muhammadiyah secara nasional. Apatah lagi, Makassar memiliki sejarah yang monumental dalam Mukhtamar ke-38 pada tahun 1971, yakni, menghasilkan Khittah Muhammadiyah Ujung Pandang. Hal ini adalah sebuah karya yang cukup bermakna dan monumental dalam sejarah perjalanan Muhammadiyah, seta dalam peralihan atau hasil peralihan dari periode awal pemerintahan sejak demokrasi terpimpin atau Orde Lama, Masa Revolusi ke periode baru atau ke Orde Baru.

 

Lebih jauh, Khaedar memaparkan bahwa dalam dokumen Mukhtamar, khususnya yang dilaksanakan di Makassar pada tanggal 1 s.d. 6 Sya'ban tahun 1391 atau tgl 21 s.d. 26 September 1971, ada hal yang sangat penting dari dokumen ini, yaitu pelaksanaan Mukhtamar pada tahun 1971 serangkaian dengan misi utama pelaksanaan Mukhtamar ke 37 di Jogyakarta, yang mengusung tema: "Membangun Gerakan Da'wah dan Gerakan Tajdid Muhammadiyah". Ini point yang sanga penting, karena dalam AD dan ART Muhamamdiyah kedua kata ini belum tersandingkan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan da'wah dan gerakan tajdid.

 

Nanti pada Mukhtamar di Malang "dikordifikasi" kata da'wah dan tajdid menjadi satu rangkaian dalam identitas Muhammadiyah. Karena, naskah pertama dalam status Muhammadiyah tahun 1912, kata da'wah dan tajdid dalam makna yang sepadan memang telah tercantum dalam bahasa "menyebarluaskan dan memajukan hal-ihwal ajaran Islam". Di Anggaran-Anggaran Dasar berikutnya, kata da'wah selalu dimasukkan, tetapi kata tajdid tidak dimasukkan. Maka, sejak Mukhtamar 37 dan ke-38 itulah sifat Muhammadiyah sebagai gerakan da'wah dan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid ditemukan kembali.

 

Yang menarik dari histori ini, bahwa dalam Mukhtamar itu, dalam program 71, 74 ada bahasa atau istilah tema pokok program, yakni "Popularisasi Ajaran Islam, yang mengandung sembilan aspek untuk menjadi titik tekan di dalam Gerakan Muhammadiyah pasca Mukhtamar di Kota Ujung Pandang. Disebutkan: pertama, da'wah Muhammadiyah adalah da'wah yang sifatnya positif dan sederhana. Hal ini bermakna bahwa Muhammadiyah dalam berda'wah hanya selalu menda'wakan hal-hal yang sifatnya positif dengan menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dicerna, diterima masyarakat luas. Kedua, da'wah Muhammadiyah adalah da'wah yang mempermudah dan tidak mempersulit. Ketiga, da'wah Muhammadiyah adalah da'wah yang menggembirakan dan tidak membuat orang lari dari Islam. Keempat,  da'wah Muhammadiyah adalah da'wah yang berkelanjutan dan berangsur-angsur. Kelima, da'wah Muhammadiyah adalah da'wah yang tidak rumit, Keenam, da'wah Muhammadiyah adalah da'wah yang mengangkat tema-tema Islam sebagai pokok dan tidak mengedepankan khilafiah. Ketujuh, da'wah Muhammadiyah adalah da'wah yang berintegrasi dengan masyarakat.

 

Kedelapan,  tidak melibatkan diri dalam perjuangan politik praktis. Kesembilan, da'wah yang mengindahkan hukum dan peraturan yang sah. Dengan demikian rupa hasil Mukhtamar Ujung Pandang saat itu-dalam menghadirkan keputusan dan spirit yang sangat mencerahkan, adalah suatu tantangan tersendiri pada Mukhtamar ke-47 yang akan datang. Karena itu, kita harus melakukan lompatan yang lebih tinggi lagi  untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dan, tidak kalah pentingnya, bahwa dalam mempersiapkan segala sesuatunya itu tidak hanya sekedar persiapan-persiapan yang bersifat fisik, tetapi juga pada saat yang sama perlu juga persiapan yang sifatnya ruhani dan pemikiran. Sehingga, insya Allah Mukhtamar Muhammadiyah dan Aisyiah akan sukses lahir dan bathin. Sukses menghasilkan keputusan-keputusan yang akan menentukan sejarah perjalanan Muhammadiyah  ke depan.

 

Konteks penting lainnya dari Musypim kali ini adalah dalam perjalalanan Mukhtamar 1 abad Muhammadiyah maupun Mukhtamar jelang 1 abad Aisyiah yang berlangsung di Kota Jogyakarta beberapa tahun yang lalu. Mukhtamar di Jogyakarta mengusung tema "Gerak Melintasi Zaman Da'wah dan Tajdid Menuju Peradaban Utama". Tema ini diusung Muhammadiyah tidak semata-mata retorika, dan bukan pula sekedar tertulis, tetapi Muhammadiyah ingin mengkonstruksi ulang  apa yang telah dilakukan selama 1 abad yang lalu, bahwa setelah Muhammadiyah, termasuk Aisyiah relatif dipandang sukses oleh banyak pihak sejak zaman Belanda, era Orla, era Orba, bahkan para peneliti asing hampir semuanya bersepakat Muhammadiyah adalah tonggak sejarah baru di dalam perjalanan Islam di Indonesia, bahkan Islam di level dunia, melalui karya-karya amaliah dan kemampuannya membangun 'kohesi' antara pemikiran dan amaliah.

 

Pada tingkat global, di tengah berbagai macam konstelasi ekonomi politik global yang mulai mengalami pergeseran. Dari Amerika ke Eropa, dan ke Cina. Tapi,  ada satu trend yang sangat penting untuk dicermati Muhammadiyah, perkembangan ummat Islam dunia, di negara-negara barat memiliki trend yang positif. Sekalipun ada issu terorisme di Asia Selatan, termasuk di Indonesia, dan di Asia Tenggara, dan jugagejolak Islam di Timur Tengah. Tetapi, menururt banyak asumsi dan prediksi dari para ahli, termasuk sebuah lembaga internasional "The View Pound" bahwa trend perkembangan Islam ke depan jauh lebih positif. Tingkat pertumbuhan penduduk 2,5%, sekaran pendudk Ilsam 1,7 milyar dari 7 milyar penduduk dunia. Assumsi ini menggambarkan, bahwa 50 tahun ke depan Islam akan menjadi agama pertama dalam jumlah penduduknya. Dan, di barat terjadi proses perubahan baru, dimana orang ingin tahu tentang Islam lebih banyak, disamping masih ada Islam yang phobia.

 

Fenomena-fenomena ini adalah juga sebagai ladang da'wak Muhammadiyah. Potensi besar yang dimiliki Muhammadiyah dapat dikapitalisasi, dapat digerakkan, dan dapat dikembangkan. Tetapi, hal-hal ini memerlukan persyaratan-persyaratan intelektual, persyaratan-persyaratan moral, bahkan juga memerlukan persyaratan-persyaratan amaliah yang jauh lebih tinggi ketimbang sebelumnya.

Konteks penting lain dari pelaksanaan Muspim ini adalah membangun spirit pencerahan solusi untuk bangsa dan 'mengcreat' ulang program-program unggulan Muhammadiyah maupun Aisyiah.

 

Dalam berbagai keberhasil da'wah Muhammadiyah patut disyukuri, namun Muhammadiyah perlu prihatin dan masih harus kerja keras lagi dalam menanggapi fenomena-fenomena sosial yang terjadi di bangsa ini, seperti korupsi. Korupsi terjadi, tidak hanya sekedar beraspek ekonomi, politik, dan budaya, tetapi juga moral spiritual. Sekarang ini, banyak uang yang susah menghitungnya dan misterius cara mempertanggungjawankannya. Tetapi, uang-uang tersebut sumbernya dari anggaran milik negara. Apa yang hilang dari fenomena uang ini? Yang hilang dari fenomena ini adalah rasa berkecukupan sebagaimana agama mengjarkan sikap 'kona'ah', bersyukur dan tidak isro'. Akan tetapi, yang ada sekarang adalah sifat yang melampaui batas. Ingin makmur, jaya, dan kuasa. Tetapi, dengan menggunakan segala cara dari yang subhat sampai ke yang haram.

 

Ini adalah problem mental, problem budaya, problem struktur dalam kehidupan ekonomi,politik, dan spiritual kita sebagai bangsa. Pada tahun 1908, 1928, bahkan 1965 para tokoh di masa itu yang selalu mereka pikirkan adalah bagaimana bangsa ini dapat bermartabat, bagaimana bangsa ini dapat mencapai kemakmuran dengan kemandirian. Dan bagaimana bangsa ini dapat menjadi kuat, bahkan dapat membangun karakter bangsa ini. Akan tetapi kondisi sekarang menjadi berbalik. Sebahagian anak-anak muda sekarang, termasuk yang menjadi elit-elit di negeri ini-pikirannya telah bergeser dari harapan-harapan pendiri bangsa ini. Pikirannya adalah bagaimana menjadi cepat kaya dan cepat berkuasa dengan cara yang instan.

 

Ini adalah tugas Muhammadiyah plus Aisyiah, tugas Amal-amal Usaha Pendidikan, tugas da'wah  Muhammadiyah. Bagaimana Muhammadiyah, Aisyiah dan seluruh kekuatan yang dimiliki dapat membangun kembali da'wah yang bersifat mencerahkan, yakni da'wah yang bisa melakukan 'tahrij minaddulumati ila nur'. Tugas ini tidak gampang! Selain, memerlukan cara-cara baru kita di dalam berda'wah, juga kita harus memiliki kemampuan membangun kedua khasanah dan ketauladanan dari kita semua. Inilah tantanagan berat Muhammadiyah ke depan.

 

Musypim ini juga memilik arti yang penting dalam rangka meningkatkan usaha-usaha Muhammadiyah dalam berbagai aspek kehidupan setelah tonggak pertama kita lalui menuju tonggak baru. Dengan semangat kebersamaan, dengan amal usaha yang kita miliki, dan juga dengan 'azam' yang kuat, dan pikiran-pikiran yang mecerahkan, serta kerjasama dengan berbagai pihak, Muhammadiyah sanggup. Oleh karena itu, di Muhammadiyah harus selalu ada ruh yang hidup di dalam jiwa kita, terlebih lagi di dalam jiwa-jiwa pimpinan.

 

Mengilustrasikan makna pesan KH. Ahmad Dahlan tentang kalimat: "Aku titipkan Muhammadiyah kepadamu". Khaedar Natsir, merujuk catatan Yunus Anis, bahwa KH. Dahlan saat itu, ketika sedang berkumpul dengan para sahabat dan keluarga di usianya yang sudah mulai uzur. kalimat lengkap dari ungkapan "Aku Titipkan Muhammadiyah Kepadmu" adalah sebagai berikut:: "Aku sudah berada di usia senjaku, dan sebentar lagi aku akan menghadap Ilahi Rabbi. Aku tak berpunya. Aku tak berharta benda. AKu hanya punya Muhammadiyah. Maka, kutitipkan Muhammadiyah kepadamu untuk dijaga dan dipelihara. Dengan dijaga dan dipelihara, Muhammadiyah akan tetap abadi. Tetapi, menjaga dan memelihara Muhammadiyah tidaklah mudah. Maka, aku akan selalu berdoa dan berikhtiar, sampai aku menghadap Ilahi Rabbi. Jika, Muhammadiyah dirawat, dipelihara, dan dijaga, dan dengan do'a dan ikhtiar, serta limpahan rahmat dan karunia Allah, aku yakin Muhammadiyah akan hidup dan mampu memberi manfaat dari zaman ke zaman.